KESALEHAN, HADIAH TERINDAH

“Ustazah, Nia boleh tanya‐tanya ga sama Ustazah?” tanya Hasnia malu‐malu sambil menatap Aisyah.

Aisyah menghentikan ketikannya sejenak. Sesaat dia menoleh pada Hasnia. Kemudian kembali fokus pada laptop di depannya. Hasnia merengut manja tak mendapat respons. Hmm, kayaknya muridku yang satu ini mau curhat, pikir Aisyah.

“Ada apa sih, Nak? Itu tadi udah nanya kok,” tanya Aisyah tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Dia sedang sibuk menginput nilai‐nilai ulangan murid‐muridnya, kelas 6A.

Hasnia mengedarkan pandangan ke dalam kelas. Hanya ada mereka berdua di kelas ini. Dari tadi murid lain sudah keluar pas bel istirahat berbunyi. Aisyah lebih memilih tinggal di kelas ini, kelas 6B untuk melanjutkan ketikannya. Tanggung kalau harus ke kantor lagi karena setelah istirahat dia masih harus melanjutkan pembelajaran di kelas ini.

“Ustazah, boleh ga kita kagum sama seseorang? Kagum sama lawan jenis. Misalnya karena di baik?” tanyanya dengan masih tersenyum malu.

Aisyah melirik Hasnia. Mencoba membaca arah pembicaraannya. Hmm, baiklah, sepertinya aku harus mendengarkan dan mencoba untuk menjadi teman untuk Hasnia kali ini, batin Aisyah.

“Boleh saja, Nak. Apalagi kalau kebaikannya itu bisa kita tiru, insyaallah kita akan dapat pahala.”

“O, gitu ya, Ustazah. Terus kalau misalkan kita suka orang itu karena dia baik, boleh ga? Jujur saja, aku suka sama murid Ustazah. Itu tuh yang namanya Abdullah kelas 6A. Ustazah kan wali kelas 6A. Dia orangnya baik, Ustazah.” Hasnia menutup wajahnya malu.

Aisyah terperangah. Namun, beberapa detik kemudian dia tertawa geli. Hasnia semakin malu melihat Aisyah menertawainya.

“Hasnia tahu dari mana kalau Abdullah baik? Kelas putra dan kelas putri kan beda. Terus di mana kalian bertemu?” pancing Aisyah

“Yah, ga pernah bertemu langsung sih. Tapi, aku sering melihat Abdullah dari jauh Ustazah. Saat dia dan teman‐temannya olahraga atau saat dia melintas mau ke masjid. Dia sopan kalau bicara. Dia juga tidak nakal. Orangnya juga kalem.” Duh, di mata Hasnia seperti ada bintang yang bertaburan.

“Nak, memiliki rasa suka kepada lawan jenis itu fitrah, wajar. Namun…”

“Iya, iya, Hasnia tahu. Pasti Ustazah mau bilang bahwa itu belum pantas, Hasnia masih kecil, harus jaga pandangan, tidak boleh jatuh cinta, belajar yang utama. Ya kan, Ustazah?” Hasnia mulai menebak. “Abdullah juga bilang begitu. Kemarin aku kirim pesan sama dia, malah dia ceramahin aku.”

“Oh ya, kamu bilang apa ke Abdullah?” tanya Aisyah penasaran.

“Ga kok Ustazah, hanya basa basi doang. Eh Abdullah malah bilang kalau ada perempuan dan laki‐laki berduaan maka yang ketiganya adalah setan,” ucapnya sambil memonyongkan bibirnya. Kelihatannya dia kesal karena justru mendapat ceramah dari Abdullah. “Padahal cuma SMS‐an doang Ustazah masa dia sudah menganggap itu berdua‐duaan. Terus aku bilang aja, kamu kan penghafal Qur’an, baca saja ayat kursi supaya setannya lari.”

Mereka kembali tertawa. Aisyah tidak habis pikir dari mana pikiran konyol Hasnia seperti itu.

“Yang dikatakan Abdullah itu memang benar, Nak. Dia berkata begitu supaya kamu sadar bahwa dengan berkirim pesan padanya apalagi kalo hanya basa‐basi tanpa tujuan jelas, itu akan menjadi sebuah perangkap setan di antara kalian berdua.”

Baru saja Hasnia membuka mulutnya untuk bicara tiba‐tiba terdengar bel masuk berbunyi. Hasnia merengut. Dia kembali ke bangkunya sedikit kecewa. Padahal dia masih mau melanjutkan curhatnya. Satu per satu murid masuk. Pembelajaran pun dimulai kembali.

Aisyah masih memikirkan pembicaraannya dengan Hasnia tentang Abdullah. Abdullah adalah muridnya yang baik dan kalem. Dalam hal akademik, dia juga tergolong murid yang cerdas di kelas. Selalu mendapatkan peringkat tiga besar. Selain itu, hafalan Qurannya melebihi teman‐temannya di kelas.

Dia anak seorang ustaz dan ustazah. Ayahnya adalah seorang pemimpin pondok pesantrren yang ada di Makassar. Ibunya juga seorang daiyah yang selalu memberikan ceramah pada majelis tarbiyah dan majelis taklim. Kedua orang tuanya memang betul‐betul mendidik Abdullah untuk menjadi seorang penghafal Qur’an yang baik budi pekertinya. Atas izin Allah Ta’ala, Abdullah tumbuh dalam didikan orang tuanya yang akhirnya menjadikan Abdullah anak yang baik, penuh sopan santun.

Beberapa Tahun Kemudian

Abdullah kini sudah berusia 22 tahun. Sudah hafal Qur’an 30 juz. Di usianya yang masih tergolong muda, dia sudah menjadi pembina pondok pesantren. Setiap hari mengajar santri tahsin (perbaikan bacaan Qur’an) dan tahfiz (menghafal Al‐Qur’an). Abdullah sudah mendapat sanad Ilmu Tajwid dari Syekh Timur Tengah untuk Matan Tuhfatul Athfal dan Matan Al Jazariyah.

Aisyah terharu sekaligus bangga dengan keberhasilan muridnya. Orang tuanya pastilah melalui begitu banyak perjuangan dalam memotivasi anak‐anaknya.

Pernah suatu ketika Aisyah mengobrol dengan Ibu Abdullah tentang pendidikan anak‐anaknya. Ibu Abdullah berkata, “Visi kami memang adalah keluarga pejuang. Perjuangan yang tidak akan pernah berakhir untuk mewujudkan generasi tangguh di era milenial dan semoga nilai‐nilai Al‐Qur’an memberi pengaruh dalam kehidupan anak‐anak kami.”

Masyaallah, sebuah visi yang begitu mulia. Visi yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka, beruntunglah orang‐orang yang selalu berusaha untuk dekat dengan Allah dan Allah pun rida padanya. Orang‐orang yang mau dan patuh mengikuti semua petunjuk yang Allah berikan maka dipastikan hidupnya akan jauh dari rasa takut dan bersedih hati.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al Baqarah: 186 yang artinya, “Dan apabila hamba‐hamba‐Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada‐Ku, maka hendaklah mereka beriman kepada‐Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Bagaimana kabar Hasnia saat ini? Aisyah tidak mendapatkan kabar tentangnya. Semoga saja dia juga selalu diberi petunjuk oleh Allah dan selalu dalam lindungan‐Nya.

_________________

Sumber: Rahmawati.2020. Puzzle Cinta sang Guru. Makassar: Penerbit Mediaguru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *