MUSIBAH KECIL

Acuh tak acuh. Itu kesan pertamaku pada murid yang bernama Raihan. Setiap kali aku mengajar di kelasnya, dia selalu menunjukkan sikap yang kurang semangat. Apalagi saat begitu banyak hasil tugasnya kukoreksi. Dia semakin ogah‐ogahan dalam menyelesaikan tugasnya. Aku merasa bahwa dia tidak suka dengan mata pelajaranku. Apakah model mengajarku tidak sesuai dengan gaya belajarnya? Kalau melihat teman‐temannya yang lain, sepertinya mereka tidak terlalu sulit dalam menerima penjelasan mata pelajaranku. Menurut pemantauanku, mereka mudah mengerti dengan penjelasanku.

Ya, bisa jadi memang dia kurang mampu menerima model mengajarku. Setiap murid kan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing‐masing sehingga input dan output‐nya juga berbeda. Sekarang yang harus aku pikirkan adalah bagaimana caranya agar aku bisa memantik minat dan motivasi belajarnya sehingga dia juga mampu seperti teman‐ temannya. Sepertinya aku juga butuh informasi dari guru mata pelajaran lain tentang gaya belajar Raihan. Dengan demikian, akan memudahkanku untuk menarik sebuah kesimpulan tentangnya.

Hari ini sama seperti biasa. Tugas Raihan begitu banyak dihiasi dengan coretan‐coretan hasil koreksiku. Bukannya memperbaiki tugas, dia malah kembali ke bangkunya kemudian duduk bertopang dagu. Tidak menyentuh bukunya sama sekali. Apa dia punya masalah di rumah? Atau dengan temannya?

Aku menghampirinya dan mencoba menjelaskan kembali tugasnya. Dia hanya diam. Tidak bergeming. Aku mengusap kepalanya. Berharap bisa menyalurkan kekuatan motivasi padanya.

Saat jam istirahat tiba, semua murid bergegas ke masjid untuk melaksanakan salat Zuhur secara berjamaah. Aku belum beranjak dari kursiku. Masih ada beberapa periksaan yang belum kuselesaikan.

Kelas seketika menjadi hening. Hanya terdengar suara kertas yang yang kubuka satu per satu, memeriksa setiap pekerjaan murid. Selain itu, terdengar pula suara desiran angin dari arah kipas yang tepat berada di tengah langit‐langit kelas.

Tak lama setelah itu, akhirnya periksaanku rampung juga. Kubereskan barang‐barangku. Tiba‐tiba Raihan masuk ke kelas dengan wajah bingung. Kulihat celana bagian depannya basah.

“Raihan tidak sengaja pipis celana, Ustazah,” ujarnya dengan wajah memelas.

“Raihan belum salat?”

“Belum Ustazah. Tadi kebelet mau pipis,“ jawabnya.

“Kamu tunggu Ustazah ya. Ustazah ambilkan celana dulu di kantor. Kebetulan ada beberapa potong celana kakak kelas yang sudah lulus. Raihan bisa pakai itu dulu untuk sementara.” Dia pasti sedang membutuhkan bantuanku sekarang.

Dia mengangguk. Aku bergegas ke kantor. Setelah mengambil celana panjang dan kantong kresek, aku kembali ke kelas Raihan.

“Nah, ini. Gantilah di toilet. Bilas celana Raihan yang basah kemudian masukkan di kantong kresek ini. Nanti di rumah baru dicuci. Setelah ganti celana, Raihan langsung ke masjid untuk salat ya.”

Dia mengangguk. Wajahnya terlihat lega. Dengan langkah lebar, dia segera keluar menuju toilet. Beberapa hari kemudian, aku mendapati Raihan duduk di teras kelas sedang kebingungan memperbaiki tali botol minumnya yang lepas. Aku menghampirinya. Menawarkan bantuan. Dia tersenyum malu. Perlahan dia menyerahkan botol minumnya padaku. Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya tali botol minumnya pun sudah terpasang kembali.

“Terima kasih, Ustazah,” ucapnya.

Aku mengangguk dan kembali melanjutkan langkah menuju kantor.

Setelah dua kejadian itu, terjadi perubahan sikap yang cukup signifikan dari Raihan. Dia tampak lebih sering tersenyum saat aku masuk di kelasnya. Bahkan, dia sudah mulai bersemangat dalam menerima pelajaran yang aku berikan. Tidak hanya itu, dia juga tidak segan‐segan menegur teman sekelasnya yang ribut saat aku memberi penjelasan di kelas.

Aku lega karena tidak butuh waktu lama untuk memantik motivasi belajar Raihan. Allah Ta’ala memberikan solusi dari ‘musibah kecil’ yang dialami oleh Raihan. Biarlah ‘musibah kecil’ itu tetap menjadi rahasia kami berdua. Tidak perlu ada murid lain yang tahu karena Raihan pasti malu jika insiden pipis celana itu diketahui teman‐temannya.

_________________

Sumber: Rahmawati.2020. Puzzle Cinta sang Guru. Makassar: Penerbit Mediaguru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *